Stunting di Jawa Timur: Tantangan dan Upaya Penanganannya

 batita.my.idtunting masih menjadi isu kesehatan yang signifikan di Indonesia, termasuk di provinsi Jawa Timur. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan lembaga-lembaga terkait, prevalensi stunting di Jawa Timur masih cukup tinggi. Hal ini mempengaruhi perkembangan fisik, kognitif, dan kesehatan anak, yang berisiko menghambat potensi mereka di masa depan.

Stunting di Jawa Timur: Tantangan dan Upaya Penanganannya

1. Kondisi Stunting di Jawa Timur Tahun 2024

Pada tahun 2024, Jawa Timur mencatatkan angka stunting yang cukup besar meskipun ada penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2020, angka stunting di Jawa Timur mencapai sekitar 28,3%. Angka ini menunjukkan bahwa hampir sepertiga dari anak-anak di bawah lima tahun di provinsi ini mengalami gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi.

Walaupun sudah ada penurunan, angka ini masih jauh dari target nasional yang ingin mencapai prevalensi stunting di bawah 14% pada tahun 2024. Hal ini menunjukkan bahwa Jawa Timur masih menghadapi tantangan besar dalam hal penurunan angka stunting.

2. Penyebab Stunting di Jawa Timur

Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka stunting di Jawa Timur antara lain:

  • Keterbatasan Akses ke Gizi Seimbang: Banyak daerah di Jawa Timur, terutama di daerah pedesaan dan terpencil, yang sulit mengakses makanan bergizi dengan harga terjangkau. Pola makan yang bergantung pada makanan yang murah namun rendah gizi menjadi salah satu penyebab utama stunting.

  • Faktor Ekonomi: Kemiskinan masih menjadi isu besar di beberapa daerah di Jawa Timur, yang mempengaruhi kemampuan keluarga untuk membeli makanan bergizi dan memadai. Selain itu, keluarga dengan pendapatan rendah sering kali tidak mampu mengakses layanan kesehatan yang berkualitas.

  • Kurangnya Pengetahuan dan Pendidikan Gizi: Di beberapa daerah, tingkat pendidikan tentang gizi yang benar masih rendah. Banyak ibu yang belum memahami pentingnya pemberian ASI eksklusif, makanan pendamping ASI yang bergizi, dan pola makan sehat untuk anak-anak mereka.

  • Kualitas Sanitasi yang Buruk: Banyak daerah di Jawa Timur yang masih menghadapi masalah sanitasi dan akses terhadap air bersih. Ini menyebabkan anak-anak lebih rentan terhadap penyakit infeksi, seperti diare, yang berkontribusi pada kondisi stunting.

3. Dampak Stunting di Jawa Timur

Stunting memiliki dampak yang sangat serius, baik bagi individu anak maupun bagi masyarakat secara keseluruhan:

  • Keterlambatan Perkembangan: Anak-anak yang mengalami stunting cenderung memiliki keterlambatan dalam hal pertumbuhan fisik dan perkembangan otak. Mereka bisa mengalami kesulitan dalam belajar dan berinteraksi dengan teman-teman sebayanya.

  • Risiko Penyakit yang Lebih Tinggi: Anak-anak yang stunting lebih rentan terhadap penyakit infeksi, seperti diare dan infeksi saluran pernapasan, karena sistem kekebalan tubuh mereka lebih lemah.

  • Meningkatkan Beban Ekonomi: Stunting mengarah pada penurunan kualitas sumber daya manusia. Anak-anak yang stunting di masa kecil berisiko tumbuh menjadi individu yang memiliki produktivitas rendah, yang pada gilirannya dapat menambah beban ekonomi di masa depan.

4. Upaya Pemerintah dalam Mengurangi Stunting di Jawa Timur

Pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi Jawa Timur telah melaksanakan berbagai program untuk menanggulangi stunting. Beberapa upaya yang dilakukan adalah:

  • Program Gizi Seimbang dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT): Salah satu program utama adalah pemberian makanan tambahan (PMT) untuk anak-anak dan ibu hamil, terutama di daerah-daerah dengan prevalensi stunting yang tinggi. PMT bertujuan untuk meningkatkan status gizi anak, mencegah malnutrisi, dan mendukung pertumbuhan yang sehat.

  • Intervensi Kesehatan Ibu dan Anak: Pemerintah provinsi Jawa Timur melakukan kampanye untuk mendorong ibu hamil dan ibu dengan anak balita agar mendapatkan pemeriksaan rutin, mengikuti program ASI eksklusif, dan memperkenalkan pola makan yang bergizi.

  • Program Sanitasi dan Akses Air Bersih: Beberapa daerah di Jawa Timur telah menerima bantuan untuk memperbaiki akses terhadap air bersih dan sanitasi, sebagai langkah untuk mengurangi dampak infeksi yang berkontribusi pada stunting.

  • Pelatihan dan Edukasi Gizi untuk Ibu: Pemerintah bekerjasama dengan berbagai pihak untuk memberikan edukasi tentang pentingnya gizi kepada ibu-ibu di Jawa Timur, khususnya di daerah-daerah yang memiliki angka stunting tinggi.

5. Tantangan dalam Penanganan Stunting di Jawa Timur

Beberapa tantangan yang dihadapi dalam upaya menanggulangi stunting di Jawa Timur antara lain:

  • Tingginya Disparitas Antar Daerah: Ada perbedaan signifikan antara kota besar dan daerah terpencil dalam hal akses ke layanan kesehatan dan makanan bergizi. Daerah-daerah pedesaan atau wilayah terpencil, seperti beberapa daerah di Madura dan wilayah selatan, sering kali kesulitan dalam mendapatkan akses ke program-program pemerintah yang ada.

  • Kurangnya Koordinasi Antar Sektor: Penurunan angka stunting memerlukan kerjasama yang kuat antara sektor kesehatan, pendidikan, pertanian, dan infrastruktur. Di beberapa tempat, koordinasi antar sektor belum sepenuhnya optimal, yang menghambat keberhasilan program-program penurunan stunting.

  • Masalah Sosial Ekonomi: Sebagian besar keluarga yang tinggal di daerah stunting sering kali masih berada dalam garis kemiskinan, sehingga mengatasi stunting memerlukan perbaikan kondisi sosial ekonomi secara menyeluruh, bukan hanya fokus pada aspek gizi.

6. Peran Masyarakat dalam Mengurangi Stunting

Selain pemerintah, masyarakat juga memegang peran penting dalam penanggulangan stunting, terutama melalui langkah-langkah berikut:

  • Pendidikan Kesehatan dan Gizi: Masyarakat, khususnya ibu-ibu muda, perlu lebih diberdayakan dengan pengetahuan tentang pola makan sehat dan pentingnya gizi selama masa kehamilan dan masa anak-anak.

  • Peningkatan Kesadaran tentang Pentingnya Sanitasi: Dengan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kebersihan, sanitasi, dan konsumsi air bersih, masyarakat dapat membantu mengurangi risiko infeksi yang memperburuk kondisi stunting.

  • Pemberdayaan Ekonomi Keluarga: Mengurangi kemiskinan dan memberikan kesempatan bagi keluarga untuk meningkatkan pendapatan dapat membantu keluarga membeli makanan bergizi untuk anak-anak mereka, sehingga membantu mencegah stunting.

Stunting di Jawa Timur: Tantangan dan Upaya Penanganannya

Stunting di Jawa Timur pada tahun 2024 masih menjadi tantangan besar, meskipun sudah ada berbagai upaya dari pemerintah dan masyarakat untuk mengatasinya. Dengan kerja sama yang lebih baik antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, diharapkan angka stunting dapat terus menurun, memberikan generasi penerus yang lebih sehat, cerdas, dan produktif. Penanganan stunting memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan aspek gizi, kesehatan, sanitasi, dan pemberdayaan ekonomi keluarga.

Lebih baru Lebih lama