Acara Tedak Siten dalam Islam

   batita.my.id edak siten merupakan salah satu tradisi Jawa yang sarat makna, khususnya bagi masyarakat yang menganut kepercayaan Jawa Islam. Tradisi ini biasa dilakukan saat seorang bayi memasuki usia tujuh atau delapan bulan, sebagai simbol awal perjalanan hidupnya di atas tanah. Dalam pandangan Islam, acara tedak siten mengandung nilai spiritual dan tradisi, yang bisa disesuaikan tanpa bertentangan dengan prinsip-prinsip agama.

 Acara Tedak Siten dalam Islam

Makna dan Filosofi Tedak Siten dalam Islam

Tedak siten berasal dari kata "tedak" yang berarti turun, dan "siten" dari kata "siti" yang berarti tanah. Tradisi ini memiliki makna penting sebagai simbolisasi perkenalan bayi dengan bumi yang akan menjadi tempat hidupnya. Dalam pandangan Islam, makna ini sejalan dengan konsep fitrah, bahwa manusia diciptakan dari tanah dan akan kembali ke tanah.

Melalui acara ini, orang tua berdoa agar anak tumbuh menjadi pribadi yang kuat, mandiri, dan mampu menghadapi tantangan hidup di dunia dengan tetap teguh pada keimanan. Islam mengajarkan agar setiap orang tua mendidik anak-anak mereka dengan baik, dan acara seperti tedak siten bisa menjadi momen reflektif untuk memulai pendidikan dini dalam lingkup Islam.

Rangkaian Acara Tedak Siten

Rangkaian acara tedak siten terdiri dari beberapa tahapan yang masing-masing memiliki makna simbolis. Berikut adalah urutan acara yang biasanya dilakukan dalam tedak siten dalam nuansa Islami:

1. Menapakkan Kaki di Atas Tanah

Pada tahapan ini, bayi dipijakkan pertama kali di atas tanah atau pasir yang telah disiapkan. Prosesi ini melambangkan pengenalan bayi terhadap dunia nyata dan permulaan kehidupan di atas bumi. Dalam Islam, hal ini bisa diartikan sebagai langkah awal anak dalam menempuh perjalanan kehidupan yang akan penuh dengan pelajaran dan pengalaman.

2. Melalui Tangga Tujuh Langkah

Bayi dibimbing untuk naik tangga yang terbuat dari tebu atau bambu. Tangga ini biasanya terdiri dari tujuh anak tangga, yang melambangkan tujuh tahap kehidupan yang akan dilalui seorang manusia. Dalam ajaran Islam, angka tujuh sering dihubungkan dengan kesempurnaan, seperti tujuh hari dalam seminggu atau tujuh langit dalam Al-Qur’an. Setiap langkah yang diambil bayi adalah simbol doa agar anak dapat mencapai kesempurnaan hidupnya di dunia dan akhirat.

3. Prosesi Memilih Benda (Seserahan)

Tahapan ini merupakan bagian yang paling ditunggu-tunggu dalam tradisi tedak siten. Bayi akan diarahkan untuk memilih beberapa benda yang sudah disiapkan oleh orang tua, seperti buku, uang, alat tulis, atau mainan. Dalam tradisi Islami, benda-benda yang dipilih dapat disesuaikan dengan harapan orang tua agar anak memiliki masa depan yang cerah, berilmu, dan bermanfaat bagi umat.

4. Mandi Kembang Tujuh Rupa

Setelah proses pemilihan benda, bayi akan dimandikan dengan air yang dicampur bunga tujuh rupa. Mandi ini adalah simbol penyucian diri, sebagai harapan agar anak tumbuh bersih lahir batin. Dalam Islam, ritual mandi bisa diasosiasikan dengan wudhu, yang juga merupakan proses penyucian diri sebelum melakukan ibadah.

5. Menyebar Beras Ketan Warna-warni

Tahapan ini melibatkan penyebaran beras ketan yang telah diwarnai dengan beberapa warna cerah. Warna-warna tersebut melambangkan harapan kebahagiaan, keceriaan, dan kesejahteraan bagi sang anak. Dalam perspektif Islam, doa-doa kebaikan dan keberkahan adalah inti dari setiap prosesi yang dilakukan.

Nilai Spiritual dalam Tedak Siten Menurut Islam

Acara tedak siten mengajarkan banyak nilai yang relevan dengan prinsip-prinsip Islam, seperti:

  • Syukur kepada Allah: Melalui prosesi ini, orang tua mengucapkan syukur atas karunia anak yang sehat dan berdoa agar anak menjadi individu yang berbakti. Syukur merupakan salah satu sikap yang dianjurkan dalam Islam sebagai bentuk penghambaan kepada Allah.

  • Doa dan Harapan: Dalam setiap tahapan, selalu disertakan doa dan harapan untuk kebaikan anak di masa depan. Doa adalah bagian penting dalam kehidupan seorang Muslim, dan setiap acara yang berfokus pada doa pasti memiliki nilai kebaikan.

  • Kebersamaan Keluarga: Tedak siten adalah momen untuk mempererat ikatan keluarga dan komunitas. Islam sangat menekankan pentingnya menjaga hubungan keluarga dan menjalin silaturahmi dengan baik.

Penyesuaian Tedak Siten agar Sesuai Syariat Islam

Meski tedak siten adalah tradisi budaya, beberapa hal bisa disesuaikan agar lebih sesuai dengan ajaran Islam. Berikut beberapa penyesuaian yang bisa dilakukan:

1. Hindari Ritual yang Mengandung Syirik

Islam melarang segala bentuk perbuatan syirik. Oleh karena itu, ritual yang berbau mistis atau melibatkan mantra-mantra yang tidak sesuai dengan Islam sebaiknya dihindari. Prosesi tedak siten bisa fokus pada doa-doa Islami yang dipanjatkan oleh orang tua atau ulama.

2. Memperbanyak Doa dan Sedekah

Selain melakukan prosesi tradisional, tedak siten bisa diisi dengan memperbanyak doa bersama dan memberikan sedekah kepada yang membutuhkan. Islam sangat mengajarkan tentang pentingnya bersedekah sebagai bentuk syukur atas nikmat yang diberikan Allah.

3. Menggunakan Simbol yang Bermakna Islami

Jika dalam tradisi Jawa, benda-benda yang digunakan memiliki makna tertentu, dalam tradisi Islam, benda-benda tersebut bisa diganti dengan yang lebih bermakna Islami. Misalnya, al-Qur'an sebagai simbol ilmu atau tasbih sebagai simbol ketakwaan.

 Acara Tedak Siten dalam Islam

 Menghargai Tradisi dengan Tetap Berlandaskan Islam

Acara tedak siten bisa menjadi salah satu cara untuk mengenalkan anak pada budaya leluhur sekaligus memperkenalkan nilai-nilai Islam sejak dini. Dengan menyesuaikan beberapa prosesi agar sesuai dengan syariat Islam, acara ini dapat tetap dijalankan tanpa meninggalkan esensi dan kearifan lokal yang sudah diwariskan turun temurun.

Mengenalkan anak pada tradisi budaya sekaligus menjaga nilai-nilai agama adalah langkah awal dalam mendidik generasi yang berakhlak mulia dan cinta akan kearifan lokal. Dalam Islam, tidak ada larangan untuk melestarikan tradisi, selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip agama yang diajarkan.

Lebih baru Lebih lama